Para siswa kami memiliki banyak hal untuk diceritakan!

Heryanti Zarah Harazaki Gea
Biasa dipanggil Zarah. Saat ini ia duduk di kelas 5 SD Negeri. La anak ketiga dari empat bersaudara.
Zarah memiliki mata low vision, ia kurang mampu melihat dengan tanpa bantuan kacamata.
Zarah pernah mengalami demam tinggi/step.
Zarah memiliki 2 uvula mengakibatkan kurang jelas saat berbicara. Ia juga memiliki masalah pendengaran. Dengan keterbatasan yang ia miliki, Zarah tetap semangat dan tidak mau ketinggalan pelajaran di sekolah.
Di Onipedistra mengikuti pendidikan vokasional dan terkadang ikut beribadah bersama dengan teman-teman buta di asrama.
Febiarni Laowo
Febiarni siswa inklusi Onipedistra. Duduk dibangku kelas 3 SMP. Ia mampu melihat dengan bantuan kacamata dengan jarak 1,5 meter saja. Ia sering diejek di sekolah karena matanya yang rabun dengan kacamata yang terkadang membuatnya sakit hati. Namun, ia tetap semangat belajar tanpa pernah absen.
Ia juga mengikuti kegiatan vokasional di Onipedistra seperti pelatihan musik (gitar, keyboard), budidaya ikan lele, massage dan pelatihan olah vokal.


Tiga Saudara Kandung dari Gido
Adalah 3 orang bersaudara bersekolah di Onipedistra dengan mata low vision sejak lahir.
Mereka memiliki orangtua yang bekerja sebagai petani.
Firwan adalah anak pertama, Agreys anak ke-3 dan Princess anak ke-4.
Anak ke-2 adalah Tevan dengan mata dapat melihat.
Firwan, Agreys dan Princess sering cemburu bahkan iri setiap melihat saudara mereka Tevan berangkat ke sekolah. Mereka bertiga tidak diterima di sekolah reguler karena kondisi mata.
Namun, setelah mendengar informasi adanya Onipedistra sebagai sekolah khusus anak buta, kedua orangtua mereka setuju agar anaknya belajar dan tinggal di asrama Onipedistra.
Princes Loy Ivvana, Firwan & Agreys Lawolo
Selama di Onipedistra Firwan sudah mampu bermain alat musik (keyboard, gitar, keroncong), tulis/baca Braille, memelihara ikan lele, merawat tanaman dan kegiatan sehari-hari seperti menyuci baju, merapikan tempat tidur. Firwan juga sering menjadi pengiring lagu rohani di gereja ketika teman-temannya bernyanyi.
Sama halnya dengan Agreys dan Princess, sudah mampu melakukan kegiatan vokasional, O&M dan ADL. Secara khusus Princess terkadang masih perlu pendampingan saat menyuci baju dan merapikan rambut.
Setiaman Lase
Biasa dipanggil Seti, kondisi mata sejak lahir hingga 2018 masih bisa melihat, namun di tahun 2018 ada daging tumbuh dibelakang kornea matanya yang membuat dia menjadi buta total. Ia pernah belajar di SD, SMP dan hingga kelas 2 SMK. Sejak mengalami kebutaan, Seti hanya tinggal di rumah, merasa putus asa, tanpa harapan dan merasa rendah diri.
Pada tahun 2023, Seti di antarkan oleh keluarganya ke Onipedistra dan ingin mengikuti kegiatan vokasional. Ia merasa harapan itu ada dan dia memiliki semangat kembali.
Selama di Onipedistra, ia sudah mampu bermain alat musik gitar, keroncong dan kajon. Ia juga membantu teman sekamarnya di asrama untuk memberikan contoh melipat dan merapikan baju ke dalam lemari. Selain itu, ia juga sering membantu teman untuk mengerjakan jika ada tugas/PR.
Harapan setelah tamat dari Onipedistra, dia ingin jadi pengusaha kerajinan tangan dan mengembangkan usaha tersebut dengan melibatkan teman-teman disabilitas lainnya.


Saat Seti masih baru di asrama, ia juga pernah bercerita sampai menangis kalau dia merasa seperti tidak terima dalam keluarga. Karena beda sendiri dari saudaranya yg masih mampu melihat.
Teman-teman di asrama menguatkannya dan semakin hari ia menyadari kalau dia memang perlu menerima kebutaannya dan tidak perlu merasa rendah diri.
Fernia & Enima Buulolo
Enima dan Fernia adalah saudara kandung. Mereka berasal dari Puncak Lolomatua - Kabupaten Nias Selatan. Mereka memiliki kondisi mata low vision.
Rumah mereka jauh dari keramaian.
Selama dirumah, mereka sering diejek dan diperlakukan seperti tidak mampu melakukan apapun. Bahkan saat berjalan pun mereka diajari agar menggunakan pantat saja karena mereka buta.
Selama di Onipedistra, mereka diajari semua hal, khususnya cara berjalan dengan menggunakan kaki dengan menjelaskan bahwa yang bermasalah pada tubuhnya hanyalah fungsi mata. Saat sampai di asrama, mereka juga seperti kurang gizi, terlihat jelas dengan kondisi badan yang sangat kurus dan pucat.
Saat ini, mereka masih didampingi untuk melakukan ADL.
Enima sudah mampu mencuci piring, mencuci pakaian, merapikan tempat tidur dan berdoa. Enima juga sudah mulai mengikuti pelatihan vokasional.
Fernia mampu mengikuti pendidikan vokasional, namun untuk kegiatan ADL banyak yang masih perlu didampingi seperti menyisir rambut, memakai sepatu dan memakai baju/celana yang terkadang dilakukannya dengan terbalik.
"For we walk by
faith, not by sight"
2 Corinthians 5:7
Onipedistra
onipedistra@gmail.com
Jl. Laria Umbuhumene Desa Bawodesolo, Kecamatan Gunungsitoli Idanoi, Kota Gunungsitoli





